Tulisan ini bukan cerita kereta hantu Manggarai atau orang naik kereta sambil dikejar-kejar zombie. Kamu sudah tahu kan kalau per 1 Oktober 2016 tarif KRL Commuter Line Jabodetabek naik Rp 1.000,-? Peningkatan tarif ini dianggap tidak terlalu berpengaruh. Salah satunya seperti yang diungkapkan Kania (19) yang menggunakan KRL Commuter Line tiap harinya. “Soal harga masih relatif, lagi juga naik KRL jadi lebih cepat sampai, dan tidak macet. Walaupun harus desak-desakan sampai bikin pingsan sih,” katanya. Pernah gak sih merasakan horornya naik KRL? Iya saat rush hour pada pagi dan sore hari, saat orang sedang ramai-ramainya melakukan aktivitasnya. Pasti kebayangkan rasanya gerbong kereta yang penuh sesak penumpang. Kalau kata “anker”−akronim untuk “anak kereta”− gerbong sudah serasa medan perang. Tapi jangan khawatir, kamu masih bisa kok menikmati perjalanan KRL saat rush hour. Yuk ikutin cara jitu berikut biar kamu gak dicap “anker” masa gitu. Perhatikan Jadwal dan Stasiun Selalu cek jadwal keberangkatan dan stasiun tujuan kamu. Saat sudah di dalam gerbong pun, perhatikan juga pengumuman yang diberikan masinis kereta. Jangan sampai kamu salah turun stasiun. Kamu juga bisa tau info mengenai KRL Jabodetabek melalui aplikasi smartphone, salah satunya Info KRL yang bisa diunduh di Google Playstore. Berangkat lebih pagi? Buat kamu yang mau menghindari rush hour gak ada salahnya berangkat lebih pagi. Kamu bakal lebih punya banyak waktu dan gak terburu-buru sekolah, kuliah, atau kerja. Pakai Multi Trip Segera beralih ke Kartu Multi Trip (KMT). Kenapa? Ya supaya menghemat waktu kamu, daripada memakai Tiket Harian Berjaminan (THB) yang harus diisi tiap kali kamu ke stasiun dan harus antre lagi. Ingat untuk selalu cek dan isi ulang saldo KMT kamu di loket stasiun. Buat kamu yang sudah pakai e-money juga bisa loh dipakai untuk naik KRL Commuter Line, praktis bukan? Bawa Satu Tas Saja Jangan bawa banyak tas, karena kamu bakal kerepotan sendiri. Cukup bawa satu tas saja, sehingga kenyamanan penumpang lain gak bakal keganggu. Jika kamu memakai ransel, gendonglah di depan. Selain jadi lebih aman, tentu akan menambah ruang buat penumpang di belakang kamu. Sepertinya kamu pun harus sadar diri juga sih. Kalau kamu bawa barang berlebih dan kondisi gerbong penuh sesak, jangan ragu buat taruh tas di rak yang disediakan di atas kursi penumpang. Lagi pula bakal menambah ruang buat penumpang lain dan dapat mengawasi barang bawaan kamu. Aman deh. Patuhi Peraturan Dalam Gerbong Pernah iseng gak kamu baca peraturan yang ditempel di pintu gerbong kereta? Buat kamu yang belum, buru-buru deh baca biar perjalananmu nyaman. Perlu kamu ketahui, di dalam gerbong dilarang buat makan dan minum, duduk di lantai, merokok, mengamen, buang sampah sembarangan, membawa binatang peliharaan, membawa barang dengan bau menyengat dan berjualan. Bisa bayangin kan kalau dalam gerbong banyak yang melanggar peraturan, seperti pasar kaget berjalan saja. Berikan Tempat Duduk Duduk memang hal menyenangkan, apalagi kalau kereta lagi gangguan, gak bakal capek berdiri dan sesak-sesakan. Tapi sebagai penumpang budiman, hendaknya kamu berikan tempat duduk untuk yang lebih membutuhkan. Siapa saja? Ibu hamil, lansia, disabilitas, dan penumpang membawa anak. Bayangin deh kalau kamu di posisi mereka.
Rencanakan perjalanan KRL Commuter Line kamu biar aman dan nyaman saat rush hour. Tetap waspada dan hati-hati dengan keadaan di sekitar, jangan sampai hal yang gak diinginkan terjadi sama kamu. Semoga cara jitu nan sederhana di atas bermanfaat. Jadi kamu masih mau dicap “anker” masa gitu?■ Nintendo kembali memperkenalkan konsol terbarunya, bukan Nintendo NX seperti yang sudah diisukan, melainkan Nintendo Switch. Perusahaan game asal Jepang ini memperkenalkan Nintendo Switch di situs resminya www.nintendo.com/switch dan mendapat lebih dari 11 juta viewers di channel Youtube Nintendo (sampai Sabtu (22/10) pagi). Seperti diketahui, Nintendo sempat gagal pada penjualan Wii U, dengan penjualan hanya 13 juta unit konsol sejak diluncurkan pada 2012. Berikut 3 hal yang akan membuat Nintendo Swtich merajai pasar konsol game. Anti-MainstreamSeperti video yang telah dilansir di channel Youtube Nintendo, Nintendo Switch menawarkan sebuah perangkat konsol game yang tidak hanya bisa dimainkan di rumah, melainkan bisa dibawa kemana-mana alias portable. Ketika berada di rumah, Anda bisa meletakkan perangkat pada Nintendo Switch Dock yang terhubung dengan TV. Jika hendak berpergian, tinggal pasang kontroler dan lepaskan perangkat, otomatis Nintendo Switch berubah menjadi perangkat portable. Single dan Multiplayer Nintendo memanjakan pelanggannya dengan dukungan single dan multiplayer pada Nintendo Switch. Bayangkan dengan sebuah perangkat portable, Anda bisa memainkan game dengan orang lain secara bersamaan. Joy-Con kontroler yang bisa dibongkar-pasang tentu memudahkan pemain. Ketika bermain sendiri tinggal pasang kontroler di sisi Nintendo Switch. Kemudian ketika ada dua pemain, tinggal lepaskan Joy-Con dan bermain seperti menggunakan Wiimote pada Nintendo Wii. Dukungan Developer Seperti yang dilansir pada web resmi Nintendo, Nintendo Switch telah menggandeng partner dalam pengembangan konsol terbarunya. Beberapa publisher, developer, dan middleware partners telah mengumumkan dukungannya pada perangkat Nintendo Switch.
Namun sampai saat ini belum ada keterangan resmi mengenai spesifikasi hardware, layar, dan konektivitas yang ada pada konsol Nintendo Switch. Konsol terbaru Nintendo ini rencananya akan datang pada Maret tahun depan.■ Barisan massa aksi sudah bersiap di depan Istana Negara sejak pagi. Warna-warni jaket almamater mahasiswa dari berbagai kampus bersatu padu di siang yang panas terik kala itu. Gemuruh lantang orasi mahasiswa kian memanaskan suasana. Suara jeritan rakyatlah yang mereka bela.
Buruh tani, mahasiswa, rakyat miskin kota… Bersatu padu rebut demokrasi… Alunan lantang barisan mahasiswa. Barisan border seakan menantang penindasan, kibaran panji-panji tiap kampus menjulang tinggi menyuarakan kebenaran. “Pengalaman saat aksi yang berkesan ketika massa aksi diblokade dan dikelilingi polisi huru-hara beserta water cannon-nya di Istana Negara beberapa bulan lalu. Massa aksi bahkan memutuskan menginap di Masjid Istiqlal, hal ini membuat saya berkesan karena perjuangan tidak akan berhenti ketika idealisme kita coba dikepung,” kata Fikri Azmi, Ketua BEM Politeknik Negeri Jakarta. Seperti diketahui saat ini Politeknik Negeri Jakarta memegang peranan penting sebagai Koordinator Wilayah (Korwil) BEM Se-Jabodetabek – Banten (BSJB). “Fungsi dari koordinator wilayah sendiri antara lain menghimpun dan mengkoordinasi kampus-kampus di wilayah Jabodetabek – Banten yang tergabung dalam Aliansi BEM SI dalam menanggapi isu regional,” ujar Fikri. “Pengaruh amanah ini untuk PNJ sendiri adalah sudah pasti nama PNJ menjadi ter-blow up di kancah nasional, dan pengaruh lainnya tentu kita butuh pasukan, pikiran, dan doa ekstra dalam menjalankan amanah ini,” tambahnya. *** Massa aksi Politeknik Negeri Jakarta dikenal dengan jumlahnya yang selalu banyak di setiap aksi yang dilakukan. “Mahasiswa PNJ selalu punya semangat berapi-api saat aksi. Mayoritas paham dengan isu yang ada, tetapi tidak menutup kemungkinan ada juga mahasiswa yang hanya mengetahui judul aksinya saja,” kata Rivo Ma’ruf, Koordinator Bidang Sosial Politik BEM PNJ. “Mahasiswa PNJ pasti sadar betul dengan lima fungsi mahasiswa. Esensi dari hal itu adalah mahasiswa sebagai penggerak utama dalam sebuah perubahan dan juga pengawalan pemerintah atas sebuah kebijakannya,” jelas Rivo. *** Tak bisa dipungkiri, sebagai mahasiswa selain memiliki amanah untuk rakyat, ada juga amanah dari orang tua tentunya. “Intinya adalah pembagian waktu dan sama-sama mem-prioritaskan. Orang tua saya setuju kalau saya aksi, dan orang tua juga mengamanahkan untuk belajar. Tinggal bagaimana manajemen waktunya saja,” jelas Fikri. Sama halnya yang dikatakan oleh Rivo, “Dari orang tua, khususnya ibu, mendukung ketika kami mahasiswa bergerak pada koridor dan esensi yang seharusnya. Dengan pengingat juga dalam bentuk nasihat atau wejangan dari orang tua, bahwa kami mahasiswa juga harus pintar dan berprestasi tanpa meninggalkan pergerakan. Hidup Mahasiswa! Hidup Rakyat Indonesia!”■ Pukul tujuh pagi di jalanan Ibu Kota. Sudah ingin menghela nafas saja rasanya. Yak, jalanan Jakarta yang bagaikan rimba belantara. Bagaikan pepohonan di hutan, jalannya penuh sesak kendaraan. Anak-anak pergi ke sekolah, para pekerja yang terus menambah pundi-pundi demi keluarga. Semua berpadu di rimba jalanan Jakarta. Gigih, salah satu yang terlibat di tengah kekacauan jalanan. Berpacu dengan waktu, mengingat ada meeting jam delapan pagi, yak tinggal sejam lagi. Seorang yang berwatak sama seperti namanya, gigih dalam bekerja, adalah seorang perantau yang selamat di tengah kejamnya rimba. Bekerja demi keluarga, yang dia tinggal, pergi ke tanah rantau mencari peruntungan. “Pak, kira-kira sampai kantor berapa lama lagi ya?” tanya Gigih pada sopirnya, Pak Darmin. “Yah, Mas ini paling dua jam lagi sampai kantor. Macetnya parah sekali kayanya karena lagi ada proyek,” tukas Pak Darmin. “Ya sudah, saya naik ojek saja paling Pak, ada meeting jam delapan. Ndak enak juga kalau saya telat. Nanti Bapak langsung pulang saja ya, bilang ke Mbok Inem kalau saya mungkin pulang agak malam,” pesan Gigih. “Ndak papa Mas? Kalau gitu nanti saya sampaikan pesan Mas ke Mbok Inem, saya tau kalau Mas ada keperluan penting pasti seperti ini,” balasnya sambil meminggirkan mobil sedannya ke tepian jalan. Gigih bergegas keluar mobilnya dan mencari ojek guna sampai ke kantornya. Haram hukumnya kalau sampai telat baginya. Gigih yang sekarang adalah seorang eksekutif yang memegang peran penting di salah satu perusahaan ternama di Jakarta. Di usia mudanya, Gigih sudah mendapat penghasilan yang bisa dibilang lumayan, bagi kalangan petinggi perusahaan. Walau sudah menduduki posisi penting di perusahaan Gigih ingat perkataan mendiang Mboknya. “Le, kalau nanti kamu sudah sukses jangan lupa sama tanggung jawab akan keluargamu ya. Paling penting jangan lupa sholatnya jalan terus,” pesan Mbok. Tinggal di sebuah rumah di Jakarta Selatan bersama kedua asisten yang sudah dianggap sebagai orang tuanya sendiri. Ada Pak Dirman sebagai sopir dan Mbok Inem yang merupakan asisten rumah tangga. Pak Dirman sering mengantar jemput Gigih saat ke kantor dan Mbok Inem yang mengurusi urusan rumah tangga Gigih. Ya mereka berdualah yang menjadi teman keseharian Gigih. Mereka sudah dianggap sebagai kedua orang tuanya sepeninggal mendiang Bapak dan Mboknya. Bapak sudah meninggal dunia sejak Gigih masih di bangku Sekolah Menengah Pertama di Semarang dan Mbok menyusul saat Gigih menginjak bangku kuliah. Sebenarnya Gigih masih punya dua adik yang semua tinggal di kampung halamannya di Semarang. Yang satu, Bagas masih duduk di bangku kelas 11 SMA dan satu lagi Melati yang duduk di bangku kelas 7 SMP. Keduanya saat ini dititipkan bersama Bude Katni, adik dari mendiang Mbok Gigih. *** Seperti biasa pukul lima sore, Pak Dirman menelepon Gigih untuk menjemputnya di kantor. Mungkin dia lupa pesan Gigih tadi pagi kalau dia pulang agak malam. “Halo, Assalamualaikum Mas Gigih, gimana kerjaanya sudah selesai? Mau pulang sekarang Mas?” tanya Pak Dirman. “Ah, Waalaikumsalam Pak Dirman, maaf sepertinya Gigih balik agak malaman masih banyak kerjaan yang harus diselesaikan. Biar Bapak tidak repot nanti Gigih balik sendiri saja naik taksi, Bapak ndak usah khawatir,” jawab Gigih. “Ndak opo-opo to Mas? Yo wes, hati-hati mas, nanti tak bilangin sama Mbok, kalau makan malam buat Mas Gigih tolong disimpan dulu, nanti kalo Mas mau makan tinggal dipanasin aja ya, gimana?” katanya. “Ya terima kasih Pak Dirman, nanti saya kabari lagi ya. Assalamulaikum.” “Waalaikumsalam,” Pak Dirman menutup teleponnya. Ya, terkadang perkerjaan Gigih tidak mengenal waktu, kadang hingga larut malam bahkan sampai menginap di kantor. Hari itu untungnya pekerjaan bisa diselesaikan malam itu juga. Jam tangan Gigih sudah menunjukkan pukul 7 malam. Gigih bergegas memesan taksi dan pulang ke rumahnya. Ya jalanan Jakarta tetap ganas bahkan di larut malam, walau tak seganas pagi. Gigih tiba di rumahnya sekitar pukul 8 malam. Pak Dirman yang sedari tadi terjaga, langsung membukakan pintu gerbang. Mbok Inem ternyata sudah terlelap di kamarnya karena saking banyaknya pekerjaan rumah tadi. “Mbok Inem sudah tidur ya Pak?” tanya Gigih. “Iya Mas, sepertinya kecapean membersihkan halaman belakang tadi pagi, lebih baik Mas Gigih mandi saja biar segeran. Kalau mau makan nanti Bapak Dirman siapkan, terus istirahat besok pasti masih banyak kerjaan,” saran Pak Dirman. “Baik Pak, tapi Bapak mau temenin Gigih sebentar nanti? Ada beberapa hal yang mau saya omongin bareng Bapak,” tanyanya lagi. “Boleh, nanti saya tunggu di ruang depan saja Mas,” tukas Pak Dirman. Gigih segera mandi dan makan makanan yang dibuat Mbok Inem. Ikan bandeng goreng, makanan kesukaan Gigih. Mengingatkan akan kenangan makan malam bersama Mbok dan kedua adiknya di kampung. Setelah makan dia pun menghampiri Pak Dirman yang sudah menunggu di ruang depan. Gigih membawa sebuah frame foto kecil yang dari dulu dia simpan di lemarinya. Dibawanya bersama dua cangkir kopi hangat untuk mereka berdua. “Mas itu yang dibawa apa Mas? Sepertinya foto sama bingkainya,” tanya Pak Dirman. “Iya Pak, ini foto bersama mendiang Mbok saat masih di Semarang dulu. Mbok itu orangnya ayu tenan deh Pak,” seru Gigih. “Jadi ingat dulu saat masih kuliah di Semarang itu rasanya sulit sekali Pak. Mbok saya hanya seorang pedagang jajanan di pasar. Buat makan sehari-hari saja susah, soalnya buat berempat. Apalagi buat biaya sekolah dulu. Saya juga harus bekerja sehabis kuliah, itung-itung buat bantuin Mbok juga Pak Dirman,” jelas Gigih lagi. “Mas Gigih itu anak yang berbakti sekali pada orang tua. Walau sudah ditinggal Bapak tapi Mas Dirman Gigih menyerah. Sekarang Bapak dan Mbok Mas Dirman, sudah tiada, tapi Mas Dirman masih saja kerja keras.” “Masih ada tanggungan dua orang adik saya Pak di Semarang. Kasian kan kalau Bude Katni yang biayain mereka berdua sendiri. Masih ingat juga pesan Mbok sebelum meninggal dunia, kerja keras, jangan lupa ibadah, dan ingat pada keluarga.” Pak Dirman lalu meminjam frame foto milik Gigih. Memang paras Mbok Gigih memang cantik sekali. Tampaknya foto itu diambil saat Gigih masih SMP. Fotonya sudah tampak agak kusam dan banyak debu di mana-mana. Tak sengaja Pak Dirman membuka tutup belakang frame, foto Gigih bersama Mbok terjatuh ke lantai, namun untungnya kaca frame tidak ikut terjatuh karena ditahan oleh tangan Pak Dirman. Sejenak Pak Dirman melihat ada yang tertulis dibalik foto tersebut. Dengan hati-hati Pak Dirman mengambil foto tersebut, dan membaca tulisan dibaliknya. Tampaknya tulisan ini untuk Gigih. “Pak Dirman tidak kenapa-kenapa?” tanya Gigih. “Ndak apa-apa. Ini sepertinya tulisan buat Mas Gigih,” kata Pak Dirman sambil menyerahkan foto kepada Gigih. Gigih mengambil foto itu dan lalu membaca tulisan yang ada di belakangnya. Isinya tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa kalimat dengan tulisan sambung gaya orang tua dahulu. Sejenak Gigih membacanya, tidak ada kata dan tidak ada suara apapun yang keluar darinya. Termenung menatap tulisan itu. Untuk Gigih, Anak sulungku yang kelak jadi pemimpin keluarga. Ingat Nak, Bapakmu sekarang sudah tiada. Tinggal Mbok dan kamu yang jadi tulang punggung keluarga. Masih ada tanggung jawab untuk Bagas dan Melati. Nak, mungkin umur Mbok juga tinggal sebentar lagi. Moga-moga Gusti Allah memberi umur panjang. Bekerja jangan lupa dengan belajar Nak. Jadi orang yang sukses jangan seperti Bapak dan Mbokmu ini. Nak, kalau Mbok sudah tiada, Mbok titipkan Bagas dan Melati pada Gigih. Mungkin Bude Katni mau bantu, tapi ndak enak juga. Gigih biayai pendidikan Bagas dan Melati biar sukses seperti kamu nanti. Mbok ndak bisa merangkai kata yang bagus Gih. Ingat bakal ada tanggung jawab besar di pundakmu Gih. Jangan lupa kerja keras, terus belajar dan jangan lupa ibadah. Air mata haru Gigih pun menetes. Tak deras, setitik saja mengalir di pipinya. Tulisan itu adalah tulisan Mbok. Gigih ingat kalau foto itu diambil setelah mendiang Bapaknya berpulang dan tulisan itu memang ditujukan untuknya.
“Terima kasih Mbok selama ini. Gigih ndak akan lupa dengan pesan yang sampaikan. Semoga Mbok tenang di alam sana bersama Bapak. Doakan agar Gigih sukses dan bisa terus menghidupi Bagas dan Melati…” Tangis Gigih semakin menjadi, kerinduan akan sosok seorang Mbok yang sudah lama berpulang mengingatkannya akan sebuah tanggung jawab besar. Bapak dan Mbok pasti sudah bahagia di alam sana. Tinggallah Gigih dengan tanggung jawabnya. Sebuah tanggung jawab yang besar akan sebuah keluarga.■ |
Archives
October 2017
Categories
All
|